Saturday, May 31, 2014

TUJUAN HIDUP AGAR LEBIH BERMAKNA

Apa sih tujuan Tuhan menciptakan manusia?
Kenapa Tuhan menciptakanku?
dan barangkali ada yang lebih ekstrim....yaitu: Kenapa aku harus terlahir ke dunia ini??

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini barangkali pernah terlintas dipikiran setiap orang yang berakal. Penulis juga pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas terutama pada saat-saat dimana penulis merasakan sulitnya menjalani hidup ini. Down pastinya. Saat dimana penulis tak punya uang, saat dimana keluarga, sahabat, kekasih benar-benar bersikap menyalahkan, menghina dan bersikap egois.

Ketika orang-orang yang kita kenal hanya mementingkan diri mereka sendiri, akan membuat kita merasa terasing. Keluarga dan sahabat seperti tidak ada. Hanya seorang diri, membuat kita berpikir tentang tujuan hidup. Jika mereka melihat kesalahanku, masih bisakah mereka bersikap baik dan memaafkan? Atau jika aku tidak berguna bagi mereka, masih bisakah mereka bersikap sayang dan menghargai??

Apakah aku hidup untuk kebahagiaan mereka yang tidak selamanya baik padaku?? Yang akan meninggalkanku dengan kesalahan-kesalahanku dan ketidak berdayaanku. Untuk keluargaku, mungkin mereka akan menerimaku bagaimanapun keadaanku. Akan tetapi, apakah selamanya mereka akan ada disampingku. Jujur saja, tidak. Mereka juga punya urusan sendiri-sendiri.

Dan mereka bukanlah tujuan hidupku.
Karena tujuan hidupku lebih besar dari hanya sekedar menyayangi keluargaku.
Walau menyayangi keluargaku termasuk salah satu tujuan hidupku.

Setiap orang  di dunia ini menjalani yang namanya hidup, susah dan senang silih berganti, kemudian mati, dikubur didalam tanah tanpa nyawa. Lantas kemana perginya nyawa itu?? Tubuh ini tanpa nyawa tidak ada bedanya dengan benda mati lainnya. Lalu bagaimana keadaan sebenarnya nyawa ini?? Apakah nyawa itu seperti listrik yang menyalakan robot?? Yang jika listrik itu habis maka matilah robot tersebut. Barangkali dengan mengetahui hakekat nyawa tersebut akan diketahui tujuan hidup itu yang sebenarnya. Pertanyaan dan pernyataan yang agak melenceng, tapi gak apa-apalah, ya kan?? heheh

Jika seandanya, nyawa itu ibarat listrik, maka bagaimana dengan kesadaran seperti perkataan "aku" disaat mulut tertutup?? bukankah robot tidak memiliki kesadaran seperti itu?? begitu juga dengan pertumbuhan tubuh, rasa sayang, rasa kasihan, kexabaran, kemaafan juga tidaklah dimiliki oleh robot.Bagaimana mungkin mempersamakan nyawa ini dengan listrik yang menghidupkan sebuah robot??

Maka kembali ke pertanyaan besarnya, NYAWA ITU APA?? Bagaimana wujud dan keadaannya yang sebenarnya?? apakah wujudnya itu tetap ataukah memiliki fase pertumbuhan seperti halnya tubuh?? dari kecil tumbuh jadi besar kemudian mati. Lalu nyawa itu diciptakan dari apa?? Apakah nyawa itu membutuhkan makanan, dalam artian sesuatu yang dia butuhkan untuk tumbuh?? Jika nyawa itu diciptakan dari sesuatu tentu dia akan kembali kepada sesuatu tersebut. Dalam artian nyawa itu juga akan mati atau kembali ke asal.

Hmm...mulai jadi agak filosofis ni....
Sebenarnya penulis sendiri gak suka bercerita banyak, biasanya sich to the point ja...
Dari berbagai literatur atau buku bacaan yang penulis baca. Nyawa atau istilah lainnya "ruh" memang tidak begitu diungkapkan dala al-qur'an kecuali hanya sedikit sekali.

Tapi pengetahuan tentang ruh ini pernah penulis baca di buku karangan Syekh Ahmad Hulusi yang berjudul "Universe Mystery" atau "Misteri Semesta". Dan juga diungkapkan  di dalam ceramah Ustad Haji Abdul Latief dari Singapura tentang Ma'rifatullah.
Anda bisa lihat, caranya pada pencarian youtube.com ketikkan " ma'rifatullah ustd. haji abdul latief"

Sebenarnya bukan dari situ aja penulis tahu, tapi pada intinya semua buku atau ceramah bersepakat bahwa ruh/nyawa itu akan tetap hidup walau tubuh ini mati di alam yang berbeda dengan alam dunia saat ini.

Penulis yakin, Pertanyaan anda masih belum terpuaskan...

Selanjutnya tentang ayat Al-Qur'an yang berbunyi:

Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu (Q.S Ad-Dzariyat : 56)

Bukankah ayat ini sudah jelas??...inilah tujuan hidup manusia untuk beribadah kepada Allah.

Tapi yang menjadi pertanyaannya, bagaimana cara beribadah yang sebenar-benarnya ibadah. Lalu bagaimana dengan peri kehidupan Rasulullah SAW, sebagai Utusan Allah tentu seharusnya ibadah yang paling benar akan ditampilkan Allah melalui beliau.

Jika ibadah yang dimaksud adalah seperti pengertian orang zaman sekarang terbatas hanya shalat, puasa, zakat, sedekah, dll. Lalu bagaimana dengan keseharian Rasulullah yang juga makan, minum, menikah, bahkan beliau juga buang air kecil dan besar.

Jadi, penulis berkesimpulan bahwa makan, minum, menikah, dan bahkan buang air. semua kebiasaan manusia sehari-harinya adalah merupakan ibadah selagi tidak melampaui batas.

Dan barangkali pengertian kita sendiri tentang ibadah itu yang salah.
Dan penulis sepakat dengan buku Universe Mystery karangan Syekh Ahmad Hulusi bahwa 99 Asmaul Husna adalah sebuah rumusan. Yakni rumusan tentang ibadah.
Dan juga dengan Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin yang menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah berakhlak dengan akhlak Ketuhanan yang terangkum di dalam 99 Asmaul Husna.

Dan juga jika anda perhatikan perihal kehidupan keseharian Rasulullah dengan Asmaul Husna yang 99 tadi, tentu anda akan melihat kesesuaian yang sangat dalam artian sama dan mendekati walaupun Sifat Allah jauh lebih sempurna. Setidaknya manusia berusaha mendekati tingkatan "PALING" di dalam setiap asma.

Seperti sifat pemaafnya Rasulullah Muhammad SAW, dan Allah juga Maha Pemaaf (Al-'Afuwwu)
Sifat penyabarnya Rasulullah Muhammad SAW, dan Allah juga Maha Penyabar (As-Shabuur)
Sifat Rasulullah yang senang memberi makan kepada Fakir Miskin, dan Allah juga Maha Pemberi Makan (AL-Muqiitu).
Yaa....Sebenarnya bukan beliau yang Memafkan, bukan beliau yang bersabar, bukan beliau yang memberi makan, akan Tetapi Allah SWT. Karena Beliau atau kita seluruhnya adalah budak Allah, kita milik Allah.

Kita BUKAN TUHAN, kita ADALAH hamba
SUDAH SEPATUTNYA, hamba BERSIKAP SEPERTI TUHANNYA
AGAR TUHANNYA MENYAYANGInya, MERIDHAInya

"Sesungguhnya Allah memiliki 99 Nama, 100 dikurang 1, barang siapa menghafalnya dia masuk syurga" (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata "menghafal" (ashasha) pada hadist di atas tidak terbatas pada menghafal saja akan tetapi juga memahami dan meneladani. Yakni meneladani sifat-sifat ke-Tuhanan.
Dan satu hal yang harus kita pahami diantara kesemua Nama atau sifat tersebut ada dua sifat yang harus kita lepaskan, yang mesti tidak ada pada kita. Yaitu Kesombongan dan Keagungan.

Untuk lebih memahami bagaimana meneladani Asmaul Husna,
Sebagaimana yang Imam Ghazali nyatakan bahwa semua ibadah adalah untuk menyucikan HATI dan ini bersesuaian dengan Al-Quddus (Yang Maha Suci).
Begitu juga dengan apa yang anda pelajari,
Dan semua akhlak baik yang diajarkan oleh Rasulullah, semua itu sesuai dengan Asmaul Husna.

Kamu memaafkan sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari (HR.At-Tarmizi)
Saya pernah mendengar Rasulullah bersabada. Demi Allah, Sesungguhnya Aku meminta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali. (HR.Bukhari)
Rasulullah Muhammad SAW bersifat benar, terpercaya, menyampaikan dan cerdas.

Barangkali sahabatku semuanya sudah paham, meski tanpa harus menyebut semuanya satu persatu...

Tujuan hidup ini adalah Untuk berakhlak, bersifat dengan sifat ke Tuhanan.
Dengan menyesuaikan akhlak tersebut dengan perintah di dalam Al-Qur'an dan Anjuran nabi didalam Hadist-hadisnya karena beliau adalah contoh jalan hidup yang terbaik.




Terima kasih,


Baca Selengkapnya → TUJUAN HIDUP AGAR LEBIH BERMAKNA